Rabu, 21 Desember 2011

Budidaya Ikan Arwana


 Ikan Arwana

Teknik budidaya ikan arwana sendiri sebenarnya tidaklah sulit hanya saja memang dibutuhkan ketelitian dan ketekunan yang tinggi karena ikan arwana harus selalu dijaga kondisi air, oksigen dan pakannya. Ikan ini dapat dikembangbiakkan di wadah budidaya seperti akuarium atau kolam.





Kualitas air yang selalu terjaga baik menjadi tuntutan dalam budidaya ikan ini. PH air untuk budidaya arwana sebenarnya sangat lebar tapi lebih disarankan untuk memudahkan pemeliharaannya PH airnya disesuaikan dengan kondisi air pada kondisi sebenarnya di alam yaitu PH 6,8 – 7,5 dan suhu 27 – 29 C. Sedangkan penggantian air untuk menjaga kualitas air, dilakukan sebanyak 30 – 34 % dari total volume dengan air deklorinisasi. Penggantian air perlu dilakukan apalagi jika kondisi setelah hujan karena air hujan dapat mengakibatkan perubahan mendadak pada kualitas air.


Pemberian pakan pada arwana sebaiknya diberikan pakan bervariasi yang mengandung protein sangat tinggi. Pakan untuk induk arwana dapat diberikan berupa ikan/udang rucah ditambah dengan pellet dengan kadar protein 32 %. Pemberian pakan ini dilakukan setiap hari dengan ketentuan 2% dari berat total tubuhnya.
Kematangan gonad akan terjadi pada saat umur ikan arwana berumur 4 tahun dan sudah mencapai panjang 45 – 60 cm. Pemijahan akan terjadi sepanjang tahun. Puncak pemijahan akan terjadi antara bulan Juli dan bulan Desember. Ketika telah terjadi pemijahan maka induk jantan akan menjaga telur tersebut di dalam mulutnya selama 2 bulan. Untuk melepaskan telur yang ada dalam mulut induk jantan arwana, tarik secara perlahan dan hati-hati bagian bawah mulut arwana kemudian tekan ringan bagian tubuhnya. Larva dikumpulkan untuk kemudian diinkubasi.


Masa inkubasi dengan cara ini lebih pendek dibandingkan dengan masa inkubasi normal yang dapat mencapai 8 minggu. Inkubasi dilakukan di dalam akuarium berukuran 45x45x90 cm dengan temperatur air 27 – 29 derajat celcius dan kadar oksigen terlarut 5 ppm. Untuk mencegah adanya infeksi pada saat penanganan larva dapat digunakan larutan Acriflavine 2 ppm. Selama periode inkubasi ini larva tidak perlu diberi pakan. Pakan larva sendiri didapat dari kuning telur yang akan habis pada minggu ke delapan. Setelah itu, larva harus diberi pakan hidup pertama untuk mencegah larva saling makan. Pada saat ini larva sudah dapat berenang bebas.


Pakan hidup yang diberikan bisa berupa cacing darah atau anakan ikan yang ukurannya sesuai dengan ukuran mulut ikan arwana tersebut. Ketika larva telah mencapai ukuran 10 – 12 cm diberikan pakan berupa udang air tawar kecil untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.


sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Budidaya Ikan Botia

Ikan Botia
Tahukah anda bahwa memelihara ikan botia sungguh sangat mengasyikan. Bagi para penghobi ikan ini sangat indah untuk dilihat. Bentuk tubuhnya yang agak pipih dan agak bulat memanjang ditambah pula bentuk perut yang hampir lurus dengan lengkung sirip punggung lebih depan posisinya dibandingkan sirip perutnya dan bersifat anal berpasangan, menambah bentuk eksotika ikan botia sebagai ikan hias. Apalagi adanya empat pasang sungut yang dimilikinya.


Sementara Memandang corak warna tubuhnya yang yang memiliki dasar merah jingga kekuning-kuningan dengan balutan tiga garis lebar atau pita hitam yang melingkar di tubuhnya sungguh sangat menyejukkan hati yang memandang. Perlu juga diketahui bahwa ikan ini termasuk ikan yang tidak memiliki sisik. Tetapi hati-hati bila memegang ikan ini karena ia memiliki senjata untuk melindungi diri dari serangan berupa patil di bawah matanya yang tersembunyi dan akan keluar bila ia merasa dalam bahaya karena itulah ia sering pula disebut si mata berduri. Tidak salah bila botia bisa menjadi obat penghilang stress bagi pemeliharanya.



Botia, didalam buku Saanin (1984) disebutkan memiliki 2 macam spesies, yaitu Botia macaracanthus dan Botia hymenphysa. Di dalam buku lain yang di tulis oleh Kottelat dkk (1993), ikan botia memiliki tiga spesies, yaitu Botia macaracanthus,Botia hymenphysa dan botia reversa. Ketiga spesies ini dibedakan salah satunya perbedaan jumlah pita hitam yang melingkar di tubuhnya. Botia macaracanthus memiliki 3 pita hitam,Botia hymenphysa mempunyai 13 – 15 pita hitam dan botia reversa memiliki 12 pita hitam. Secara taksonomi ikan hias botia masuk dalam kategori famili cobitidae. Berikut klasifikasi ikan botia lengkapnya :



* Kingdom : Animalia
* Fillum : Chordate
* Kelas : Osteichthyes
* Subkelas : Actinopterygii
* Ordo : Teleostei
* Subordo : Cyprinoidea
* Famili : Cobitidae
* Genus : Botia
* Spesies : Botia macaracanthus,Botia hymenphysa, Botia reversa





Di alam ikan ini dapat mencapai ukuran 30 – 40 cm sedangkan di akuarium dapat mencapai panjang maksimal 11 – 14 cm. ikan botia betina dapat mencapai berat 80 gram setelah dewasa. Sementara jantannya dapat mencapai 40 gram. Umur ikan botia termasuk panjang. Usianya dapat mencapai umur 20 tahun.



Ikan botia yang merupakan salah satu primadona ikan hias Indonesia yang diekspor ke luar negeri, dapat dijumpai di perairan batang hari jambi dan sungai barito di kalimantam yang karakteristik perairannya sesuai dengan habitat ikan botia yang menyukai perairan tenang, gelap dan suka bersembunyi tapi ia tidak menyukai adanya lumpur. Ikan botia yang suka hidup berkelompok ini dapat hidup pada kualaitas air dengan kisaran pH 5,0 - 7,0 suhu 24 - 30 derajat Celcius dengan oksigen terlarut 5 – 8 ppm dan kadar amoniak < 1,0 ppm.



Ikan botia yang juga disebut sebagai ikan badut karena bentukya yang menyerupai badut ini sudah dapat dilakukan pemijahan terkontrol sejak tahun 1990-an yang penelitiannya salah satunya dilakukan oleh BBAT Sukabumi dan sudah berhasil. Sehingga kekhawatiran akan punahnya ikan ini akibat penangkapan besar-besaran dapat terjawab.



Pembenihan ikan botia mudah dilakukan. Penting untuk selalu menjaga kualitas air seperti syarat di atas. buatlah kondisinya seperti ditempat habitat aslinya dengan memberikan paralon untuk dia bersmbunyi misalnya.



Pemeliharaan telur yang sudah diinkubasi air kemudian biarkan menetas kira-kira 15 – 26 jam. Kemudian larva tersbut diberi pakan setelah berumur 3 hari. Setelah 25 – 30 hari larva botia akan berkembang menjadi benih ikan botia. Media yang digunakan adalah air sumur atau air PAM yang sudah diendapkan dan diaerasi.



sumber : http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

Budidaya Ikan Sepat Mutiara

Sepat mutiara (Tichogaster leeri)


Sepat mutiara (Tichogaster leeri) dengan nama dagang Pearl Gouramy atau Mosaic Gouramy berasal dari Sumatera, Kalimantan, Malaysia, dan Thailand. Ikan yang bersifat omnivora ini hidup pada suhu optimal 26-28° C; pH 6,5-7,0; dan kekerasan 6-8° dH.

Panjang tubuh ikan ini dapat mencapai 12 cm. Warnanya biru muda dengan violet terang. Seluruh tubuhnya dipenuhi totol-totol putih scperti mutiara dengan poly mosaik. Pada saat birahi, warna bagian perut jantan menjadi orange.

Cara pemijahan dan pemeliharaan ikan ini hampir sama dengan Dwarf Gouramy. Perbedaannya hanya pada kedua induknya yang sangat sctia merawat telurnya. Oleh karena itu, pemisahan induk jantan dan betina dengan anaknya dapat dilakukan setelah larva bisa berenang atau sekitar umur satu minggu. Ukuran jual sekitar 4 cm atau sudah berumur 3,5 bulan.

Budidaya Ikan Swordtail


Swordtail Characin (Corynopoma riisei)

Swordtail Characin (Corynopoma riisei) berasal dari Brazil, Amerika Selatan. Ikan ini cenderung bersifat karnivora. Suhu untuk pemeliharaan yang baik sekitar 29-30° C. Sementara pH air optimum sekitar 6,5-7,0 dan kekerasan sekitar 10-12 dH.

Tubuh ikan ini dapat mencapai paniang 8 cm. Warna tubuh putih bening keperakan dengan sirip-sirip agak transparan. Namun,


ikan ini disukai bukan warna tubuhnya, tetapi karena bentuk siripnya yang unik. Terutama jantan, antan, pina atau sirip punggung dan sirip anal lebih besar dan lebih panjang dari betina. Sirip yang memanjang tersebut sangat berguna pada pemijahan, yaitu untuk pembuahan telur.
Ikan jantan dan betina yang sudah siap memijah dapat dipasangkan dalam akuarium atau secara masal dalam kolam. Sarang untuk peletakan telur berupa tanaman air (enceng gondok).

Telur akan menetas dalam waktu 24-32 jam. Dua hari kemudian, larva sudah bisa berenang dan dapat diberi pakan infusoria selama 2-3 hari. Selanjutnya larva dapat diberi kutu air.
Ikan yang sudah bertelur dan pernah kawin dapat bertelur kembali walaupun tanpa jantan. Telur yang keluar tanpa jantan tersebut masih bisa menetas. Diduga hal ini disebabkan sperma jantan dapat tahan lama berada dalam saluran telur betina.

Pembesaran ikan ini dapat dilakukan dalam kolam maupun akuarium. Pakan untuk pembesaran berupa kutu air besar, cacing sutera, dan cacing darah. Ikan ini bisa dijual saat ukurannya sudah mencapai sekitar 2,5 cm atau sekitar berumur tiga bulan.

Sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Budidaya Ikan Platy

Ikan Platy (Xiphophorus maculatus)

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.
Ikan-ikan hias yang beranak.Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:
  1. Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.
  2. Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.
  3. Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.
  4. Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.
 CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA
  1. Induk Jantan
    1. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.
    2. Tubuhnya rampaing.
    3. Warnanya lebih cerah.
    4. Sirip punggung lebih panjang.
    5. Kepalanya besar.
  2. Induk Betina
    1. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.
    2. Tubuhnya gemuk
    3. Warnanya kurang cerah.
    4. Sirip punggung biasa.
    5. Kepalanya agak runcing.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN
  1. Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.
  2. Suhu air berkisar antara 15 ~ 27°C.
  3. pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.
  4. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.

TEKNIK PEMIJAHAN

  1. Pemilihan induk. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.
  2. Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasang-sepasang.
  3. Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.
PERAWATAN BENIH
  1. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.
  2. Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.
  3. Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.
  4. Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.
  5. Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.
PENUTUP
Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,-sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.

SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996

 KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta

Selasa, 20 Desember 2011

Budidaya Ikan Hias Oscar


Artikel ini dipetik dari www.iptek.net.id agar informasinya lebih tersebar ke masyarakan dan memanfaatkannya untuk membuka peluang usaha, terutama usaha keluarga kearah peningkatan ekonomi keluarga, menuju cita-cita bangsa menjadi masyarakat adil dan makmur.
BUDIDAYA IKAN HIAS OSCAR
(Astronatus Ocellatus)

Oscar - Astronatus Ocellatus
1. PENDAHULUAN
Ikan Oscar merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari sungai Amazone, Panama, Rio-Paraguay dan Tio-Negro Amerika Selatan, serta sudapat dikembang-biakan di Indonesia. Ikan Oscar mempunyai bentuk dan warna yang menarik. Warna badannya kehitam-hitaman dengan batikan berwarna kuning kemerah-merahan. Tidak seperti ikan hias lain, ikan oscar memerlukan perlakuan sedikit khusus pada cara perkembangbiakannya, sehingga ikan Oscar ini termasuk ikan yang mahal.
II. PEMIJAHAN
  1. Pemilihan Induk
    1. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur 1,5 tahun sampai 2 tahun dengan panjang badan 15 cm dan tinggi badan 10 cm serta berwarna cerah.
    2. Seleksi induk dimulai saat ikan Oscar masih remaja (5 ~ 6 bulan), dengan cara mencampurkan 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Ikan Oscar remaja ini akan mencari pasangannya sendiri-sendiri. Setelah saling berpasangan maka kita pisahkan di bak tersendiri sampai menjadi induk.
  2. Perbedaan Induk Jantan dan Betina
Induk JantanInduk Betina
- panjang badan relatif lebih panjang
- alat kelamin lebih menonjol
- induk yang telah matang perutnya gendut
- lubang kelamin lebih besar
  1. Cara Pemijahan
    1. Bak perkawinan terbuat dari semen yang berukuran 1 1/2 x 1 x 0,5m 3 , diisi air yang telah diendapkan selama 12 ~ 24 jam setinggi 30 ~ 40 cm.
    2. Jika bak perkawinannya luas, dapat disekat.
    3. Sepasang induk Oscar yang telah matang telur dimasukkan ke dalam bak.
    4. Pada setiap kolom diberi batu ceper yang berwarna gelap dan di atasnya ditutup sebagian besar agar suasana kolom menjadi teduh.
    5. Oscar mengadakan pemijahan siang dan sore hari langsung dibuahi oleh pejantan.
    6. Telur yang berada di atas batu ceper tersebut yang telah dibuahi diangakat dimasukkan ke dalam aquarium untuk ditetaskan. Aquarium berukuran 70 x 40 x 40 cm 3 diisi air setinggi 10 cm, untuk telur sepasang induk.
    7. Ke dalam aquarium diberi udara (aerasi) dengan kekuatan lemah.
    8. Selesai 3 hari biasanya telur-telur mulai menetas.
    9. Air diberi campuran emalin atau methylene blue.
3. PEMELIHARAAN BENIH
  1. Benih ikan ini sampai berumur 4 hari belum perlu diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sacknya (kuning telur).
  2. Pada hari ke 5 benih diberi makanan Rotifera. Pemberian makanan ini tidak boleh terlambat karena ikan Oscar bersifat kanibal (memangsa sesamanya).
  3. Pada hari ke 10 sudah bisa diberi kutu ari yang telah disaring.
  4. Setelah berumur 2 minggu benih mulai diberi kutu air tanpa disaring dan mulai dicoba cacing rambut.
  5. Benih sudah dapat dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas setelah berumur 25 hari.
4. PEMBESARAN
  1. Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur 25 hari.
  2. Benih yang dihasilkan kira-kira 1000 s/d 3000 ekor untuk satu kali penetasan.
  3. Bak yang digunakan berukuran 2 x 1 x 1 m 3 , dan diisi air setinggi 20 – 25 cm.
  4. Untuk pertama kali pembesaran dapat ditebar kurang lebih 300 ekor ikan.
  5. Untuk mengurangi teriknya matahari pada siang hari, di dalam bak diberi tanaman air seperti eceng gondok dan Hidrilla Verticilata. Untuk mencegah masuknya air hujan terlalu banyak, pada bagian atas bak ditutup sebagian dengan seng plastik.
  6. Penjerangan dilakukan setelah benih berada di bak selama sebulan dengan jumlah menjadi 200 ekor
  7. Makanan yang diberikan berupa cacng rambut.
  8. Setelah ikan berumur 5 ~ 6 bulan, ikan sudah dapat diseleksi untuk dijadikan induk, makanan yang diberikan diganti dengan udang kali yang masih segar/hidup, bisa juga diberi udang rebon yang masih segar.
  9. Sepasang induk dapat menghasilkan telur 1000 s/d 4000 butir untuk sekali pemijahan.
5. PENUTUP
Untuk mendapatkan warna yang indah pada ikan Oscar, pemberian makanan harus mengandung zat kapur (chitine) dimulai sejak kecil, seperti kutu air (Moina), Rotifera, cacing rambut, Artemia, udang rebon atau udang kali. Ikan Oscar mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi; untuk ikan yang berumur 4 bulan (berukuran kurang lebih 6 cm) harganya Rp. 500,00 per ekor, sedangkan induk Oscar bisa mencapai harga Rp. 50.000,00 per pasang. Dengan menekuni cara pemeliharaan ikan Oscar ini, dapat menambah penghasil keluarga.
6. SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, 1996
7. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta

Budidaya Ikan Mas Koki Mutiara


Artikel ini dipetik dari www.iptek.net.id agar informasinya lebih tersebar ke masyarakan dan memanfaatkannya untuk membuka peluang usaha, terutama usaha keluarga kearah peningkatan ekonomi keluarga, menuju cita-cita bangsa menjadi masyarakat adil dan makmur. 
BUDIDAYA IKAN HIAS KOKI MUTIARA
Ikan Mas Koki Mutiara
1. PENDAHULUAN
Ikan koki mutiara merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar. Ikan ini berasal dari daratan cina, namun di Indonesia sudah lama dapat dibudidayakan. Pemasaran ikan ini selain di dalam negeri juga merupakan jenis ikan yang di eksport dan harganyapun cukup tinggi.
2. PEMIJAHAN
  1. Pemilihan induk
    1. Induk yang baik untuk dipijahkan sudah berumur+ 8 bulan, dengan ukuran minimum sebesar telur itik.
    2. Pilih induk yang berkepala kecil dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapih. Jika ikan sedang bergerak, ekor dan sirip akan kelihatan tegak.
    3. Untuk mendapatkan keturunan yang berwarna, maka calon induk yang akan dipijahkan berwarna polos. Gunakan induk jantan berwarna putih dan betina berwarna hitam atau hijau lumut atau sebaliknya.
  2. Perbedaan jantan dan betina
Induk JantanInduk Betina
Pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar.Pada sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba.
Induk yang telah matang jika diurut pelan kerarah lubang genital akan keluar cairan berwarna putihJika diurut, keluar cairan kuning bening.Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerah-merahan.
  1. Cara pemijahan
    1. Bak/aquarium yang telah bersih diisi dengan air yang telah diendapkan + 24 jam, kemudian letakkan eceng gondok untuk melekatkan telurnya.
    2. Pilihlah induk yang telah matang telur, masukkan kedalam bak pada sore hari. Bila pemilihan induk dilakukan dengan cermat, biasanya keesokan harinya telur sudah menempel pada akar eceng gondok.
    3. Karena telur tidak perlu dierami, induk dapat segera dipindahkan ke kolam penampungan induk, untuk menunggu sampai saat pemijahan erikutnya. Jika perawatannya baik, maka 3 ~ 4 minggu kemudian induk sudah dapat dipijahkan kembali.
3. PEMELIHARAAN BENIH
  1. Setelah 2 ~ 3 hari telur akan menetas, sampai berumur 2 ~ 3 hari benih belum diberi makan, karena masih mempunyai persediaan makanan pada yolk sac-nya (kuning telur).
  2. Pada hari ke 3 ~ 4 benih sudah dapat diberi makanan kutu air yang telah disaring.
  3. Setelah berumur + 15 hari benih mulai dicoba diberi cacing rambut disamping masih diberi kutu air, sampai benih keseluruhannya mampu memakan cacing rambut baru pemberian kutu air dihentikan.
  4. Untuk telur yang ditetaskan di aquarium maka sebainya setelah benih berumur + 1 minggu dipindahkan ke bak/kolam yang lebih luas.
  5. Ketinggian air dalam bak 10 ~ 15 cm dengan pergantian air 5 ~ 7 hari sekali. Setiap pergantian air gunakan air yang telah diendapkan lebih dahulu.
  6. Untuk menghindari sinar matahari yang terlalu terik diperlukan beberapa tanaman pelindung berupa eceng gondok.
4. PEMBESARAN
  1. Pembesaran ikan dilakukan setelah benih berumur lebih dari 1 bulan sampai induk.
  2. Jenis koki mutiara ini memerlukan banyak sinar matahari, untuk itu tanaman eceng gondok dapat dikurangi atau dihilangi.
  3. Untuk tahap pertama pembesaran dapat ditebar + 1.000 ekor ikan dalam bak berukuran 1,5 x 2 m. Kemudian penjarangan dapat dilakukan setiap 2 minggu dengan dibagi 2.
  4. Pergantian air dapat dilakukan 3 ~ 5 hari sekali, juga dengan air yang telah diendapkan.
  5. Makanan yang diberikan berupa cacing rambut. Makanan diberikan pada pagi hari secara adlibitum (secukupnya). Jika pada sore hari makanan masih tersisa, segera diangkat/dibersihkan.
  6. Setelah berumur 4 bulan ikan sudah merupakan calon induk. Untuk itu jantan dan betina segera dipisahkan sampai berumur 8 bulan yang telah siap dipijahkan. Untuk induk ikan sebaiknya makanan yang diberikan yaitu berupa jentik nyamuk (cuk).
  7. Sepasang induk dapat menghasilkan telur 2.000 s/d 3.000 butir untuk sekali pemijahan.
5. PENUTUP
Ikan mas koki mutiara mempunyai nilai ekonimis tinggi. Untuk benih berumur 1 bulan harganya berkisar Rp. 30,- s/d Rp. 50,- sedangkan sepasang induk berkisar Rp. 5.000,- s/d 10.000,-. Dengan cara pemeliharaan yang tepat disertai ketekunan dapat diharapkan penghasilan yang lumayan.
6. SUMBER
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Jakarta, 1996
7. KONTAK HUBUNGAN
Dinas Perikanan DKI Jakarta

Budidaya Ikan Bawal Air Tawar

Bawal air tawar (Calosoma sp.


Bawal air tawar (Calosoma sp.) termasuk ikan herbivore. Di alam aslinya ikan ini memakan buah-buahan yang jatuh ke air. Sementara untuk pemeliharaan, pakannya dapat berupa sayur dan buah seperti jambu air. Bawal air tawar lebih dikenal sebagai ikan konsumsi bila ukurannya sudah mencapai lebih dari 500 g, sedangkan sebagai ikan hias hanya yang berukuran kecil, sekitar 5-10 cm.


Ikan ini terdiri dari dua species yang daerah asalnya berbeda. Calosoma macropomumberasal dari Sungai Amazone, Amerika Selatan dan Calosoma bidens berasal dari Asia Tenggara (Sumatera). Suhu optimal perairannya sekitar 25-27° C dengan pH 6,7-7,0 dan kekerasan 10° dH.



Bentuk tubuh ikan ini sangat bagus dan menarik, mirip ikan Silver Dolar. Warnanya perak atau putih kehitaman dengan punggung hitam. Di daerah perut terdapat warna merah. Sirip-siripnya berwarna hitam atau agak perak.

Untuk mencapai induk, dibutuhkan waktu yang cukup lama, antara 2-4 tahun, dan ukuran minimalnya 2,5 kg. Induk yang baik dan menghasilkan cukup banyak telur kalau sudah berukuran 4 kg atau berumur sekitar tiga tahun. Pemijahan induk memerlukan rangsangan dengan suntikan hormon sebanyak dua kali untuk betina dan sekali untuk jantan. Dosis yang umum digunakan 0,5-0,6 ml/kg berat badan induk. Penyuntikan pada betina dilakukan dengan interval 10-12 jam.

Pengambilan atau pengeluaran telur dilakukan tanpa stripping, yaitu hanya menempatkan induknya dalam kolam pemijahan yang cukup luas karena induknya cukup besar.

Agar pembuahan telur menjadi efektif, perbandingan induk jantan dan betina adalah 2 : 1. Biasanya pengeluaran telur ini berlangsung sekitar 9-10 jam sesudah penyuntikan kedua. Telur dikeluarkan dengan cara diserakkan di dasar kolam. Telur ikan ini biasanya melayang sehingga ketinggian air untuk penetasan sebaiknya dibuat tinggi, sekitar 30-35 cm.

Setelah dibuahi, induk dikeluarkan dari kolam dan telurnya dibiarkan menetas tanpa induk dalam kolam pemijahan. Selama proses penetasan, aerasi harus kuat karena telur-telurnya bersifat melayang. Telur yan tenggelam biasanya tidak akan menetas.Telur akan menetas setelah 24 jam.

Larva akan mulai berenang 3-4 hari kemudian. Agar mudah dikontrol, larva yang sudah bisa berenang dapat dipindahkan ke dalam akuarium atau bak fiberglas. Akan lebih baik lagi kalau kolam pemijahan dilengkapi hapa sehingga pengambilan larvanya menjadi mudah.

pakan pertama bagi larva berupa infusoria, artemia yang ditetaskan Selama 24-36 jam, atau kutu air halus. Pemberian pakan ini harus sesering mungkin, sekitar 4-6 kali sehari, karena larvanya kuat makan. Bila pakannya kurang, larva akan mudah mati. Sementara penggantian air dapat dilakukan setelah larva mulai diberi pakan, yaitu enam hari setelah menetas. Penggantian air ini harus hati-hati karena larvanya sangat kecil.

Sebagai ikan hias, ikan ini dapat dijual setelah berukuran 5-10 cm dengan waktu pemeliharaan 3-4 bulan. Ikan yang laku bisa jantan dan betina.
sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Budidaya Ikan Red Fin Shark


Red-finned Shark (Ephalzeorhynchus frenatus)

Red-finned Shark (Ephalzeorhynchus frenatus) merupakan ikan dasar yang berasal dari Sungai Mekong, Thailand. Ikan yang bersifat omnivora ini sangat cantik dengan warna tubuh cokelat hitam atau putih albino dan sirip-siripnya merah terang. Ukuran tubuh maksimalsekitar 12 cm.

Suhu pemeliharaan antara 26-28° C dengan pH 7,5 dan kekerasan 10° dH. Di alam aslinya, ikan dewasa senang, memakan lumut sehingga dinding akuarium biasanya bersih dari lumut. Sifatnya agak pemalu dan senang bersembunyi pada siang hari, sedangkan malam hari akan keluar mencari makanan.

Induk jantan dan betina agak sulit dibedakan. Namun, bentuk tubuh yang agak gemuk dan sedikit panjang biasanya adalah betina, sedangkan jantan agak pendek dan langsing. Pemijahannya dilakukan dengan suntikan hormon gonadotropin buatan seperti Ovaprim pada induk yang sudah matang telur. Dosis hormon cukup 0,3 ml/kg, berat badan.

Suntikan hanya dilakukan sekali saja. Oleh karena ukuran ikan ini tidak besar maka penyuntikan dapat dilakukan hanya dengan memegang induknya menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan untuk menyuntik.
Pemijahan dapat dilakukan secara masal. Induk-induk yang sudah bertelur harus secepatnya diambil dan telurnya dibiarkan menetas sendiri tanpa induk. Ikan ini berenang di dasar sehingga telurnya akan berantakan bila terlalu lama bersama induknya. Oleh karena itu, penyuntikan akan lebih baik dilakukan siang hari agar ikan bisa bertelur malam hari. Ini disebabkan waktu terbaik mengangkat induknya adalah malam hari. Misalnya, penyuntikan yang dilakukan pukul 11.00 diperkirakan ikan akan bertelur pukul 20.00.

Telur akan mulai menetas dalam jangka waktu 24 jam dan laivanya mulai berenang 3-4 hari kemudian. Pakan larva dapat berupa infusoria, kutu air halus, atau tetasan artemia yang berlangsung 36 jam. Pakan ikan dewasa berupa cacing sutera atau cacing darah. Ukuran jual sekitar 5 cm atau sudah berumur sekitar 4 bulan.

sumber : Dari S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Budidaya Ikan Synodontis

Synodontis 

Budidaya Ikan Corydoras

Corydoras (Corydoras aenes)


Corydoras (Corydoras aenes) dengan nama dagang Bronze Catfish berasal dari Venezuela, Trinidad (Amerika Selatan). Ikan ini bersifat karnivora dan terkenal sebagai ikan "tukang bersih-bersih". Corydoras paling senang berada di tempat yang kurang bersih dan memiliki kebiasaan membersihkan dinding-dinding. Namun, kotoran yang sudah dibersihkan dibiarkan bertumpuk, tidak dimakan. Suhu untuk pemijahan ikan ini antara 26-28° C.


Di pasaran saat ini sudah berkembang banyak spesies yang harganya cukup mahal, di antaranya ialah Corydoras paleatus, Corydoras panda, maupun Corydoras sterbai. Jenis corydoras ini memerlukan suhu pemijahan yang relatif rendah dibanding corydoras aenes, yaitu antara 24-26° C.
Panjang tubuhnya dapat mencapai 7 cm. Tubuh tersebut diselimuti dua baris sisik dengan sisik yang lebih besar disebut Plate. Mulutnya dilengkapi sepasang sungut atau kumis yang berguna sebagai sensor atau radar untuk mencari makan di dalam gelap.

Agar corydoras ini tumbuh dengan baik, air untuk pemeliharaannya sebaiknya memiliki nilai pH 7-7,5 dengan kekerasan (hardness) 10° dH. Untuk membantu pertumbuhannya, sebaiknya ke dalam kolam pemeliharaan ditambahkan kapur.


Antara jantan dan betina dapat dibedakan dari pina atau sirip dorsal yang lebih lancip pada betina, sementara jantan lebih tumpul. Bila dilihat dari atas, tubuh betina tampak jauh lebih lebar dibanding jantan.

Agar berpijah dengan baik, sebaiknya induk jantan dan betina dipelihara terpisah dahulu sambil diberi pakan yang baik berupa cacing sutera dan cacing darah. Bila sudah tampak mengandung telur, induk betina dapat dicampur dengan jantan. Umumnya betina siap memijah sekitar umur lima bulan.

pemijahan corydoras dapat berlangsung secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 2-4. Dalam pemijahan ini biasanya induk betina akan membersihkan sarang sampai bersih dengan mulutnya. Sarang dapat berupa potongan paralon yang digantungkan atau keramik yang diberdirikan di tempat pemijahan.

Walaupun ikan ini tergolong ikan dasar, namun telurnya ditempatkan di tengah kolam air. Induk betina akan mengisap sperma jantan dengan mulutnya dan disimpannya di situ. Dengan kantong yang dibentuk oleh pasangan sirip perut yang dibengkokkan, induk betina akan membawa dan melekatkan telurnya ke tempat atau

sarang yang sudah dibersihkan sebelumnya oleh yang jantan dan akan dibuahi sperma dari mulutnya. Lekatan telur tersebut sangat kuat. Demikian seterusnya proses pemijahan tersebut berlangsung berulang-ulang hingga telur dalam perut induk betina habis.

Biasanya corycloras akan bertelur atau memijah pada pagi hari sekitar pukul 6.30-7.30. Bila sudah selesai memijah, telurnya dapat diambil bersama dengan sarangnya untuk ditetaskan dalam wadah tersendiri. Di dalam wadah penetasan, aerasi untuk suplai oksigen sangat diperlukan. Telur tersebut akan menetas dalam waktu tiga hari (72 jam) dan larvanya dapat berenang setelah berumur 5-6 hari.

Pakan larva ikan dapat berupa kutu air yang diberikan selama beberapa hari (2-3 hari). Setelah itu, larva sudah bisa diberi pakan cacing sutera. Sementara penggantian air dilakukan setelah larva berumur seminggu. penggantian air ini dilakukan dengan cara menyifon setiap hari sebanyak separo atau sepertiga volume air. Bila memungkinkan, ke dalam wadah dipasangkan filter khusus larva untuk menjaga kualitas air tetap bagus.

Setelah ikan berumur dua minggu, kegiatan penjarangan dan seleksi ukuran dapat dilakukan. Pakannya berupa cacing sutera.
Setelah dipelihara selama dua bulan biasanya ikan sudah mencapai ukuran 2-2,5 cm dan sudah siap dijual. Ini disebabkan ukuran terbesar untuk pasar ekspor adalah 2,5 cm. Ukuran yang lebih besar biasanya akan membawa risiko dalam pengangkutan. Ikan yang besar memiliki patil atau duri sangat keras di sirip kepala. Patil ini akan keluar kalau ikan mengalami stres sehingga dapat membocorkan kantong plastik saat pengangkutan.

sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006

Budidaya Ikan Manfish


Manfish (Pterophyllum scalare)

Manfish atau yang dikenal juga dengan istilah 'Angel fish' berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan.  Manfish (Pterophyllum scalare) tergolong ke dalam famili Cichlidae, 
Beberapa jenis ikan Manfish yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain adalah: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White.
Diamond (Berlian) berwarna perak mengkilat sampai hijau keabuan.  Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga coklat kehitaman yang menyusur sampai bagian punggung.  Manfish Imperial mempunyai warna dasar perak, tetapi tubuhnya dihiasi empat buah garis vertikal berwarna hitam/coklat kehitaman.  Manfish Marble memiliki warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal.  Sedangkan manfish Black-White mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala.
mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan sebagai berikut:
  •   Memiliki warna dan jenis yang bervariasi
  •  Bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah
  •  Sirip perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga tampak  sebagai busur yang berwarna gelap transparan
  •    Pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor.
  • Menjaga dan melindungi keturunannya.
  • Bersifat omnivorus
  • Tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber



Pengelolaan Induk 
Ikan manfish dapat dijadikan induk setelah umurnya mencapai 7 bulan dengan ukuran panjang ± 7,5 cm.  Untuk mencapai hasil yang optimal, induk harus dikelola dengan baik antara lain dengan pemberian pakan yang baik seperti jentik nyamuk, cacing Tubifex, atau Chironomous.  Selain itu karena induk ikan manfish sangat peka terhadap serangan penyakit, maka perlu diberikan perlakukan obat secara periodik  Obat yang biasa digunakan antara lain Oxytetracycline dan garam.
            Sebelum dipijahkan, induk manfish dipelihara secara massal ( jantan dan betina ) terlebih dahulu dalam 1 akuarium besar (ukuran 100x60x60 cm3).  Setelah matang telur, induk manfish akan berpasangan dan memisahkan dari ikan lainnya.  Induk yang berpasangan tersebut sudah dapat diambil dan dipijahkan pada tempat pemijahan.
            Selain itu dapat dilakukan, yaitu dengan memasangkan induk manfish secara langsung setelah mengetahui induk jantan dan betina. Induk jantan dicirikan dengan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan induk betina.  Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung, serta bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Sementara induk betina dicirikan oleh ukuran tubuh yang lebih kecil dan bentuk kepalanya yang lebih kecil dengan bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol.

Teknik Pemijahan           
Pemijahan dilakukan di akuarium berukuran 60x50x40 cm3 dengan tinggi air ± 30 cm.  Ke dalam akuarium tersebut diberikan aerasi untuk menyuplai oksigen.
            Ikan manfish akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus, misalnya potongan pipa PVC yang telah disiapkan/ditempatkan dalam akuarium pemijahan.  Karena ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan tenang, maka pada dinding akuarium dapat ditempelkan kertas atau plastik yang berwarna gelap. 
            Induk manfish akan memijah pada malam hari.  Induk betina menempelkan telurnya pada substrat dan diikuti ikan jantan yang menyemprotkan spermanya pada semua telur, sehingga telur-telur tersebut terbuahi.  Jumlah telur yang dihasilkan setiap induk berkisar antara 500-1000 butir.  Selama masa pemijahan tersebut, induk tetap diberi pakan berupa cacing Tubifex, Chironomous atau Daphnia.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva           
Telur yang menempel pada substrat selanjutnya dipindahkan ke akuarium penmetasan telur (berukuran 60x50x40 cm3) untuk ditetaskan.  Pada air media penetasan sebaiknya ditambahkan obat anti jamur, antara lain Methyline Blue dengan dosis 1 ppm.  Untuk menjaga kestabilan suhu, maka ke dalam media penetasan telur tersebut digunakan pemanas air (water heater) yang dipasang pada suhu 27-28oC.
            Telur manfish akan menetas setelah 2-3 hari, dengan derajat penetasan telur berkisar 70-90%.  Selanjutnya paralon tempat penempelan telur diangkat dan dilakukan perawatan larva hingga berumur ± 2 minggu.
            Pakan yang diberikan selama pemeliharaan larva tersebut berupa pakan alami yang sesuai dengan bukaan mulut larva dan memiliki kandungan protein yang tinggi, antara lain nauplii Artemia sp.  Pakan tersebut diberikan 2 kali sehari ( pagi dan sore ) hingga larva berumur  ± 10 hari dan dilanjutkan dengan pemberian cacing Tubifex.

Pendederan dan Pembesaran
            Setelah berumur ± 2 minggu, benih tersebut dapat dilakukan penjarangan untuk kemudian dilakukan pendederan sampai ikan berumur satu bulan.
            Langkah berikutnya adalah memanen benih tersebut untuk dipindahkan ke dalam bak/wadah pembesaran.  Dalam hal ini dapat digunakan bak fiber atau bak semen, tergantung wadah yang tersedia.  Selama masa pembesaran, diupayakan agar ada aliran air ke dalam wadah pembesaran walaupun sedikit.  Padat penebaran untuk pembesaran ikan manfish berkisar 100 ekor/m2.  Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex atau pellet sampai benih berumur ± 2 bulan.  Ukuran yang dicapai biasanya berkisar 3 - 5 cm.  Jika pakan dan kualitas air mendukung, sintasan pada masa pembesaran dapat mencapai 70-90%.  Selanjutnya benih manfish dapat dibesarkan lagi hingga mencapai ukuran calon induk atau induk dengan padat penebaran yang lebih kecil.

Penyakit dan Penanggulangannya 
Ikan manfish dikenal cukup peka terhadap serangan penyakit, untuk itu diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan jumlah pakan yang diberikan.  Beberapa jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish antara lain adalah :Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp.  Sedangkan bakteri yang menginfeksi adalah Aeromonas hydrophilla
            Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi serangan penyakit parasitek antara lain : Formalin 25%, NaCl 500 ppm.  Sedangkan untuk penyakit bakterial dapat digunakan Oxytetrachycline 5 - 10 ppm dengan cara perendaman 24 jam.